Ku tuliskan mimpiku
Kuliah ke luar negeri
Mengubah nasib
Mencari peraduan
Demi ilmu pengetahuan yang Q gengam
Keterbatasan dan perbedaan
Bukan lagi sebuah alasan
Selagi keinginan dan kegigihan
Masih menyatu dalam hati dan sanubari
Mengusung cita-cita suci
Untuk bumi Pertiwi
Kini Q akan terbang
Bersama mimpiku
Bersama LPDP, sebagai penopang kemajuan Indonesia
Menciptakan perubahan yang nyata
Sebagai realisasi amanah Negara
Tempat Q menaruh Asa dan Cita
Kini Q akan terbang
Bersama mimpiku
Melintasi samudra, mengarungi langit angkasa
Menuju EROPA demi kesempurnaan ilmu
Untuk menguatkan integritas dan profesionalisme
Agar kelak Aku dapat mengabdi pada bangsa, Bangsa Indonesia
Agar Aku dapat memberikan pelayanan maksimal
Wujudkan Indonesia Emas
Kilau Indonesia, Cita Kita
…………………………………………………………………………………………………………………………………..
Setelah gagal lolos beasiswa LPDP di tahun 2013, tidak lolos wawancara. Saya kembali mencoba keberuntungan di beasiswa yang sama di tahun 2014. Pengalaman HANYA lolos sampai tahap wawancara tidak ingin terulang lagi kali ini. Saat itu, saya rasa alasan saya tidak lolos adalah masalah admisitrasi saja. Dokumen saya belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang ditetapkan LPDP. Nah setelah mempersiapkan selama kurang lebih 8 bulan, saya kembali mendaftar di bulan Mei 2014 untuk program Master Luar Negeri. Negara yang saya pilih adalah Belanda, dengan kampus tujuan Radboud University Nijmegen. Saya berencana mengambil program MA Linguistics.
Jika tahun lalu ketika saya mendaftar hingga interview saya hanya membawa Letter of Offer dengan condition di IELTS, kali ini juga tidak jauh berbeda. Semua dokumen sudah saya penuhi dan saya juga sudah mendapatkan Conditional Letter of Acceptance dari Radboud University Nijmegen. Namun bedanya, kali ini yang menjadi condition adalah Legalized copy of Bachelor Certificate and transcript (legalisir ijaxah S1 dan Transkip Nilai), dan Certified Copy of Toefl/ILTS/iBT. Itu artinya saya sudah tidak perlu bingung dengan nilai bahasa Inggris seperti tahun sebelumnya. Saya hanya butuh untuk mengirimkan dokumen yang diminta tersebut ke kampus karena nilai bahasa Inggris saya sudah cukup untuk diterima dikampus yang saya tuju.
Akhirnya saya mendaftar ke LPDP di bulan Mei 2014, dengan pilihan kota Surabaya, seandainya lolos hingga tahap waancara. Selang dua minggu kemudian, saya mendapatkan pemberitahuan bahwa saya lolos seleksi dokumen dan berhak untuk mengikuti seleksi wawancara dan LGD (Leaderless Group Discussion) di Kampus C UNAIR Surabya.
FYI: sejak 2014, LPDP memiliki skema baru dalam proses seleksi beasiswa. Selain wawancara, ada yang namanya LGD, disini kita diminta untuk mendiskusikan sebuah topik yang diberikan oleh tim penguji (yang terdiri dari 3 orang Psikolog) untuk kemudian bersama-sama mencari solusi terbaik memecahkan sebuah permasalahan. Tidak ada ketua yang akan mempin diskusi. Semunaya punya hak yang sama. Jadi disini kita dilatih untuk menjadi pemimipin dan dipimpin serta potensi kita untuk bisa menghargai orang lain dalam menyatakan pendapat. Bukan berdebat ataupun mencari kelemahan, tetapi mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ada.
Saya mendapatkan giliran wawancara di hari, pertama setelah istirahat siang. Saya masuk ke ruang interview dengan membawa berkas-berkas yang saya kumpulkan onlen via LDPD dan printed version dari salah satu tulisan saya " Treating Disclaimer ......"yang diterbitkan di Journal Internasional, language, Discourse and Society. Sehari sebelumnya, saya latihan wawancara di dalam kamar, di depan cermin. Saya juga membuat list pertanyaan yang sekiranya akan ditanyakan. Berbekal pengalaman gagal di tahun 2013, saya sedikit banyak mengerti bagaimana mengantisipasi pertanyaan dari para interviewer.
Seperti biasa, saya mengucapkan salam ketika masuk ruang interview, kemudian minta ijin untuk duduk ditempat yang disediakan. Interviewer terdiri dari 3 orang, satu seorang Psikolog, dan dua lainnya adalah akademisi. Ibu Psikolog tersebut mempersilahkan saya untuk memperkenalkan diri. Kemudian saya perkenalkan diri saya, mulai dari nama, pekerjaan, orang tua, keluarga, dan kegiatan di masyarakat. Saat itu saya mengatakan bahwa saya berasal dari pelosok Bangkalan dengan askes pendidikan yang minim, dan saya berasa beruntung bisa kuliah di malang, dan lebih beruntung lagi karena bisa memiliki kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat para interviewer dan calon penerima beasisawa LPDP,pemimpin masa depan. Bagi saya, mereka adalah orang-orang hebat. Saya juga menceritakan background keluarga saya yang hanya seorang TKI di negeri Jiran dengan modal nekat karena kedua orang tua saya tidak bisa membaca dan menulis. Saya menceritakan keadaan saya dan adik-adik saya yang ditinggal merantau orang tua, dan pengalmana saya tinggal di pesantren sejak sekolah menegah pertama. Kemudian saya juga menceritakan aktifitas saya akhir-akhir ini yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Setelah itu, saya ditanya oleh interviewer yang lain seputar minat studi saya. Beliau bertanya dimana saya akan kuliah, mengapa saya memilih dikampus tersebut, mengapa saya memilih Negara tersebut, dari mana kampus asal saya. Beliau juga menanyakan linearitas jurusan yang saya ambil. Dan Alhamdulillah saya bisa menjelaskannya dengan cukup baik. Sesekali ibu yang bertanya tersebut melihat dokumen yang saya submit di laptopnya, “Hmmmmm, score Toeflnya tinggi ya”, saya hanya tersenyum dan mengucapkan terimaksih. “Score saya pas-pas an bu”. Kemudian ibu itu membaca prestasi saya, lalu bertanya tentang program short course dari Kemenag yang saya ikuti tahun 2013 akhir, Program Pembibitan Alumni PTAI. Saya menjelaskan dengan detail program ini. Rupanya ibu tersebut pernah mendengar dan tahu program ini. Beliau pun berkomentar “okay, kamu bagus”. Kemudian menanyakan rencana riset yang akan saya ambil. Saya menjelaskan seperti yang saya tulis di essay yang saya kumpulkan, tentang Bahasa dan Media. Saya ingin meneliti penggunaan bahasa daerah dalam berkomunikasi di dunia maya.
Setelah dua penanya tersebut, giliran penanya terakhir bertanya kommitemen saya pada Indonesia. “Apakah anda akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi?”. Dengan tegas saya mengatakan IYA, saya ingin membangun bangsa. Kemudian beliau melanjutkan dengan menanyakan kontribusi (lebih dekat ke profesi seh) bidang saya ambil. “Setelah pulang mau jadi apa?” saya menjawab, bidang saya adalah lingusitik, jadi setelah pulang saya ingin berkiprah dibidang penelitian bahasa, terutama bahasa local unutk menghindari bahasa daerah dari kepunahan, dan atau ke bidang pendidikan dengan menjadi pengajar di Universitas. Saya menyebutkan gap bidang studi saya yang masih sangat dibutuhkan di universitas karena masih minimnya pengajar dengan kualifikasi Lingusitik (dikampus tujuan setelah pulang, red). Selanjutnya beliau bertanya “Bagaimana nanti jika anda ditawarin pekerjaan, atau kepincut dengan orang sana?”. Saya tersenyum dan menjawab bahwa saya akan kembali ke Indonesia karena saya kuliah dengan uang rakyat Indonesia.
Tampaknya interview saya berjalan cukup singkat. Seketika itu, ibu Psikolog meminta saya untuk menyimpulkan mengapa saya layak menerima beasiswa ini. Saya menjawabnya dengan agak bingung, kenapa ibu ini bertanya demikian, apakah sudah bosan dengan saya atau saya sudah dianggap cukup. Interview waktu itu baru sekitar 20 menit. Saya kemudian menjawabnya mengapa saya layak; mulai dari aspek kesiapan akademik, social, dan kematangan ledearship. Di akhir, ibu tersebut memberikan saran “Kamu itu punya potensi mas, tau gak apa?. Kamu itu punya nilai survive yang bagus, seharusnya kamu bisa mengeksplore itu”. Saya kemudian mengucapkan terimakasih atas saran beliau.
Interview pun berakhir. Saya kemudian bergegas pulang kerumah. Hummm, jarak dari rumah ke UNAIR sekitar 70 KM. Saya mengedarai sepeda motor untuk menghemat waktu. Oiya, di hari itu saya minta restu dan doa ortu, my mom. Kemudian sebelum sampai di UNAIR, saya sempatkan untuk mampir di mushalla pom bensin dekat unair. Seperti biasa, karena saya percaya bahwa ada faktor X ikut menigintervensi usaha saya. I am not alone, So saya memohon (sedikit minta sangat) padaNya. Saya shalat 6 rakaat dan membaca beberapa surat dari Juz 21, 27,dan 29. kemudian saya langsung menuju UNAIR.
Esok harinya saya kembali ke UNAIR untuk mengikuti seleksi LGD. Saya mendapatkan giliran kedua bersama dengan 5 orang lain lainya. Kami menajdi satu kelompok nantinya. Setelah kami masuk, seorang pemandu sekaligus penguji di ruang tersebut memberikan instruksi terkait tugas kita selama LGD. Kami pun disgughi selembar kertas berisi artikel. Kami diminta membacanya dan kemudian mendiskusikannya. Setelah diberikan instruksi, kami pun dibebaskan untuk mendesign model diskusi yang akan kami laksanakan. Penguji yang terdiri dari 3 orang tersebut hanya mengawasi jalannnya diskusi.
Setelah kurang lebih 60 detik membaca, salah satu dari kami ada yang mengawali diskusi dengan memberikan pendapatnya tentang artikel dan kemudian menawarkan diri untuk menjadi moderator dan notulen dalam diskusi tersebut. Selanjutnya kami berdiskusi. Topik kami waktu itu adalah pendidikan; aktualisasi teori dan praktek. Kurang lebih adalah memberikan jalan keluar bagi permasalahan kurikulum pendidikan yang mengandalkan terori dan praktek; apakah akan ditambah kuantitas teroritis di kelas agar siswanya memiliki pengetahuan yang kuat, atau lebih banyak praktek agar ilmunya lebih aplikatif, atau ada solusi lain. Saat itu kami diberi waktu maksimal 15 menit dan harus mendapatkan sebuah solusi.
Masing-masing dari kami menyatakan pendapat sesuai sudut pandang bidang yang kami geluti. Ada yang melihatnya dari kacamata pendidikan, ekonomi, psikologi, dan lain-lain. Setelah 15 menit berjalan, diskusi pun selesai.
………………………………………………………………………
Tips Wawancara Beasiswa LPDP
Untuk teman-teman yang akan mengikuti wawancara beasiswa, khususnya LPDP, barangkali beberapa tips berikut bisa bermanfaat;
1. Pastikan anda mengetahui lokasi interview
2. Ada baikny anda sarapan dulu sebelum interview
3. Ketika interview, usahakan tenang dan jawab denga sejujur-jujurnya, jangan mengada-ngada
4. Untuk LPDP, LoA tidak wajib ada ketika interview, karena awardee akan diberikan waktu setelah dinyatakan diterima untuk mendapatkan LOA. Soa gak usah nunggu LoA gpp
5. Deskripsikan hal-hal yang menajdi nilai plus bagi anda, seperti kelebihan kita, prestasi (tapi jangan terlihat sombong) pengalaman yang inspiring, keterlibatan di masyrakat dan perannya. Hal itu akan menjadi poin penilaian terutama bagi interviewer Psikolog
6. Ada baiknya latihan dulu sebelum interview
7. Buatlah list pertanyaan yang sekiraya akan ditanyakan ketika interview; Akademik, keluarga, Organisasi, Prestasi, Riset, Kontribusi setelah Lulus, dll
8. Tunjukkan bahwa anda punya integtritas, punya potensi leadership.
Demikian pengalaman saya mengikuti interview dan LGD. Alhamdulillah saat ini saya menjadi salah satu awardee LPDP_PK15 dan akan melanjutkan studi Magister ke Radboud University Nijmegen, Belanda, pada Oktober 2014. Mohon doa nya ya.
Beasiswa LPDP tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan bantuan studi, tapi bagi mereka yang memiliki kesiapan secara akademik, mental, dan keinginan kuat untuk memajukan bangsa Indonesia.
Krologi perjuangan meraih beasiswa LPDP saya tulis disini
Perjuangan Hunting Beasiswa
Kuliah ke luar negeri
Mengubah nasib
Mencari peraduan
Demi ilmu pengetahuan yang Q gengam
Keterbatasan dan perbedaan
Bukan lagi sebuah alasan
Selagi keinginan dan kegigihan
Masih menyatu dalam hati dan sanubari
Mengusung cita-cita suci
Untuk bumi Pertiwi
Kini Q akan terbang
Bersama mimpiku
Bersama LPDP, sebagai penopang kemajuan Indonesia
Menciptakan perubahan yang nyata
Sebagai realisasi amanah Negara
Tempat Q menaruh Asa dan Cita
Kini Q akan terbang
Bersama mimpiku
Melintasi samudra, mengarungi langit angkasa
Menuju EROPA demi kesempurnaan ilmu
Untuk menguatkan integritas dan profesionalisme
Agar kelak Aku dapat mengabdi pada bangsa, Bangsa Indonesia
Agar Aku dapat memberikan pelayanan maksimal
Wujudkan Indonesia Emas
Kilau Indonesia, Cita Kita
…………………………………………………………………………………………………………………………………..
Setelah gagal lolos beasiswa LPDP di tahun 2013, tidak lolos wawancara. Saya kembali mencoba keberuntungan di beasiswa yang sama di tahun 2014. Pengalaman HANYA lolos sampai tahap wawancara tidak ingin terulang lagi kali ini. Saat itu, saya rasa alasan saya tidak lolos adalah masalah admisitrasi saja. Dokumen saya belum sepenuhnya memenuhi kriteria yang ditetapkan LPDP. Nah setelah mempersiapkan selama kurang lebih 8 bulan, saya kembali mendaftar di bulan Mei 2014 untuk program Master Luar Negeri. Negara yang saya pilih adalah Belanda, dengan kampus tujuan Radboud University Nijmegen. Saya berencana mengambil program MA Linguistics.
Jika tahun lalu ketika saya mendaftar hingga interview saya hanya membawa Letter of Offer dengan condition di IELTS, kali ini juga tidak jauh berbeda. Semua dokumen sudah saya penuhi dan saya juga sudah mendapatkan Conditional Letter of Acceptance dari Radboud University Nijmegen. Namun bedanya, kali ini yang menjadi condition adalah Legalized copy of Bachelor Certificate and transcript (legalisir ijaxah S1 dan Transkip Nilai), dan Certified Copy of Toefl/ILTS/iBT. Itu artinya saya sudah tidak perlu bingung dengan nilai bahasa Inggris seperti tahun sebelumnya. Saya hanya butuh untuk mengirimkan dokumen yang diminta tersebut ke kampus karena nilai bahasa Inggris saya sudah cukup untuk diterima dikampus yang saya tuju.
Akhirnya saya mendaftar ke LPDP di bulan Mei 2014, dengan pilihan kota Surabaya, seandainya lolos hingga tahap waancara. Selang dua minggu kemudian, saya mendapatkan pemberitahuan bahwa saya lolos seleksi dokumen dan berhak untuk mengikuti seleksi wawancara dan LGD (Leaderless Group Discussion) di Kampus C UNAIR Surabya.
FYI: sejak 2014, LPDP memiliki skema baru dalam proses seleksi beasiswa. Selain wawancara, ada yang namanya LGD, disini kita diminta untuk mendiskusikan sebuah topik yang diberikan oleh tim penguji (yang terdiri dari 3 orang Psikolog) untuk kemudian bersama-sama mencari solusi terbaik memecahkan sebuah permasalahan. Tidak ada ketua yang akan mempin diskusi. Semunaya punya hak yang sama. Jadi disini kita dilatih untuk menjadi pemimipin dan dipimpin serta potensi kita untuk bisa menghargai orang lain dalam menyatakan pendapat. Bukan berdebat ataupun mencari kelemahan, tetapi mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ada.
Saya mendapatkan giliran wawancara di hari, pertama setelah istirahat siang. Saya masuk ke ruang interview dengan membawa berkas-berkas yang saya kumpulkan onlen via LDPD dan printed version dari salah satu tulisan saya " Treating Disclaimer ......"yang diterbitkan di Journal Internasional, language, Discourse and Society. Sehari sebelumnya, saya latihan wawancara di dalam kamar, di depan cermin. Saya juga membuat list pertanyaan yang sekiranya akan ditanyakan. Berbekal pengalaman gagal di tahun 2013, saya sedikit banyak mengerti bagaimana mengantisipasi pertanyaan dari para interviewer.
Seperti biasa, saya mengucapkan salam ketika masuk ruang interview, kemudian minta ijin untuk duduk ditempat yang disediakan. Interviewer terdiri dari 3 orang, satu seorang Psikolog, dan dua lainnya adalah akademisi. Ibu Psikolog tersebut mempersilahkan saya untuk memperkenalkan diri. Kemudian saya perkenalkan diri saya, mulai dari nama, pekerjaan, orang tua, keluarga, dan kegiatan di masyarakat. Saat itu saya mengatakan bahwa saya berasal dari pelosok Bangkalan dengan askes pendidikan yang minim, dan saya berasa beruntung bisa kuliah di malang, dan lebih beruntung lagi karena bisa memiliki kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat para interviewer dan calon penerima beasisawa LPDP,pemimpin masa depan. Bagi saya, mereka adalah orang-orang hebat. Saya juga menceritakan background keluarga saya yang hanya seorang TKI di negeri Jiran dengan modal nekat karena kedua orang tua saya tidak bisa membaca dan menulis. Saya menceritakan keadaan saya dan adik-adik saya yang ditinggal merantau orang tua, dan pengalmana saya tinggal di pesantren sejak sekolah menegah pertama. Kemudian saya juga menceritakan aktifitas saya akhir-akhir ini yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Setelah itu, saya ditanya oleh interviewer yang lain seputar minat studi saya. Beliau bertanya dimana saya akan kuliah, mengapa saya memilih dikampus tersebut, mengapa saya memilih Negara tersebut, dari mana kampus asal saya. Beliau juga menanyakan linearitas jurusan yang saya ambil. Dan Alhamdulillah saya bisa menjelaskannya dengan cukup baik. Sesekali ibu yang bertanya tersebut melihat dokumen yang saya submit di laptopnya, “Hmmmmm, score Toeflnya tinggi ya”, saya hanya tersenyum dan mengucapkan terimaksih. “Score saya pas-pas an bu”. Kemudian ibu itu membaca prestasi saya, lalu bertanya tentang program short course dari Kemenag yang saya ikuti tahun 2013 akhir, Program Pembibitan Alumni PTAI. Saya menjelaskan dengan detail program ini. Rupanya ibu tersebut pernah mendengar dan tahu program ini. Beliau pun berkomentar “okay, kamu bagus”. Kemudian menanyakan rencana riset yang akan saya ambil. Saya menjelaskan seperti yang saya tulis di essay yang saya kumpulkan, tentang Bahasa dan Media. Saya ingin meneliti penggunaan bahasa daerah dalam berkomunikasi di dunia maya.
Setelah dua penanya tersebut, giliran penanya terakhir bertanya kommitemen saya pada Indonesia. “Apakah anda akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi?”. Dengan tegas saya mengatakan IYA, saya ingin membangun bangsa. Kemudian beliau melanjutkan dengan menanyakan kontribusi (lebih dekat ke profesi seh) bidang saya ambil. “Setelah pulang mau jadi apa?” saya menjawab, bidang saya adalah lingusitik, jadi setelah pulang saya ingin berkiprah dibidang penelitian bahasa, terutama bahasa local unutk menghindari bahasa daerah dari kepunahan, dan atau ke bidang pendidikan dengan menjadi pengajar di Universitas. Saya menyebutkan gap bidang studi saya yang masih sangat dibutuhkan di universitas karena masih minimnya pengajar dengan kualifikasi Lingusitik (dikampus tujuan setelah pulang, red). Selanjutnya beliau bertanya “Bagaimana nanti jika anda ditawarin pekerjaan, atau kepincut dengan orang sana?”. Saya tersenyum dan menjawab bahwa saya akan kembali ke Indonesia karena saya kuliah dengan uang rakyat Indonesia.
Tampaknya interview saya berjalan cukup singkat. Seketika itu, ibu Psikolog meminta saya untuk menyimpulkan mengapa saya layak menerima beasiswa ini. Saya menjawabnya dengan agak bingung, kenapa ibu ini bertanya demikian, apakah sudah bosan dengan saya atau saya sudah dianggap cukup. Interview waktu itu baru sekitar 20 menit. Saya kemudian menjawabnya mengapa saya layak; mulai dari aspek kesiapan akademik, social, dan kematangan ledearship. Di akhir, ibu tersebut memberikan saran “Kamu itu punya potensi mas, tau gak apa?. Kamu itu punya nilai survive yang bagus, seharusnya kamu bisa mengeksplore itu”. Saya kemudian mengucapkan terimakasih atas saran beliau.
Interview pun berakhir. Saya kemudian bergegas pulang kerumah. Hummm, jarak dari rumah ke UNAIR sekitar 70 KM. Saya mengedarai sepeda motor untuk menghemat waktu. Oiya, di hari itu saya minta restu dan doa ortu, my mom. Kemudian sebelum sampai di UNAIR, saya sempatkan untuk mampir di mushalla pom bensin dekat unair. Seperti biasa, karena saya percaya bahwa ada faktor X ikut menigintervensi usaha saya. I am not alone, So saya memohon (sedikit minta sangat) padaNya. Saya shalat 6 rakaat dan membaca beberapa surat dari Juz 21, 27,dan 29. kemudian saya langsung menuju UNAIR.
Esok harinya saya kembali ke UNAIR untuk mengikuti seleksi LGD. Saya mendapatkan giliran kedua bersama dengan 5 orang lain lainya. Kami menajdi satu kelompok nantinya. Setelah kami masuk, seorang pemandu sekaligus penguji di ruang tersebut memberikan instruksi terkait tugas kita selama LGD. Kami pun disgughi selembar kertas berisi artikel. Kami diminta membacanya dan kemudian mendiskusikannya. Setelah diberikan instruksi, kami pun dibebaskan untuk mendesign model diskusi yang akan kami laksanakan. Penguji yang terdiri dari 3 orang tersebut hanya mengawasi jalannnya diskusi.
Setelah kurang lebih 60 detik membaca, salah satu dari kami ada yang mengawali diskusi dengan memberikan pendapatnya tentang artikel dan kemudian menawarkan diri untuk menjadi moderator dan notulen dalam diskusi tersebut. Selanjutnya kami berdiskusi. Topik kami waktu itu adalah pendidikan; aktualisasi teori dan praktek. Kurang lebih adalah memberikan jalan keluar bagi permasalahan kurikulum pendidikan yang mengandalkan terori dan praktek; apakah akan ditambah kuantitas teroritis di kelas agar siswanya memiliki pengetahuan yang kuat, atau lebih banyak praktek agar ilmunya lebih aplikatif, atau ada solusi lain. Saat itu kami diberi waktu maksimal 15 menit dan harus mendapatkan sebuah solusi.
Masing-masing dari kami menyatakan pendapat sesuai sudut pandang bidang yang kami geluti. Ada yang melihatnya dari kacamata pendidikan, ekonomi, psikologi, dan lain-lain. Setelah 15 menit berjalan, diskusi pun selesai.
………………………………………………………………………
Tips Wawancara Beasiswa LPDP
Untuk teman-teman yang akan mengikuti wawancara beasiswa, khususnya LPDP, barangkali beberapa tips berikut bisa bermanfaat;
1. Pastikan anda mengetahui lokasi interview
2. Ada baikny anda sarapan dulu sebelum interview
3. Ketika interview, usahakan tenang dan jawab denga sejujur-jujurnya, jangan mengada-ngada
4. Untuk LPDP, LoA tidak wajib ada ketika interview, karena awardee akan diberikan waktu setelah dinyatakan diterima untuk mendapatkan LOA. Soa gak usah nunggu LoA gpp
5. Deskripsikan hal-hal yang menajdi nilai plus bagi anda, seperti kelebihan kita, prestasi (tapi jangan terlihat sombong) pengalaman yang inspiring, keterlibatan di masyrakat dan perannya. Hal itu akan menjadi poin penilaian terutama bagi interviewer Psikolog
6. Ada baiknya latihan dulu sebelum interview
7. Buatlah list pertanyaan yang sekiraya akan ditanyakan ketika interview; Akademik, keluarga, Organisasi, Prestasi, Riset, Kontribusi setelah Lulus, dll
8. Tunjukkan bahwa anda punya integtritas, punya potensi leadership.
Demikian pengalaman saya mengikuti interview dan LGD. Alhamdulillah saat ini saya menjadi salah satu awardee LPDP_PK15 dan akan melanjutkan studi Magister ke Radboud University Nijmegen, Belanda, pada Oktober 2014. Mohon doa nya ya.
Beasiswa LPDP tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan bantuan studi, tapi bagi mereka yang memiliki kesiapan secara akademik, mental, dan keinginan kuat untuk memajukan bangsa Indonesia.
Krologi perjuangan meraih beasiswa LPDP saya tulis disini
Perjuangan Hunting Beasiswa